Sunday 22 March 2009

Hidup Kembali

Yah, hidup kembali dengan insting mau membunuh...
Gimana gue engga mau bunuh orang. Ud nyaris gila bener-bener deh. Dan ternyata diputusin tuh selalu tidak menyenangkan. Lebih menarik memutuskan daripada diputuskan, hasyaaah...
(Ini nih, akibat bergosip ama si Babu. Lagian dia akhirnya datang juga ke Indonesia...Si Babu, bukan yang mutusin saya. Tau gak siapa? Lelaki Sena? buseeed,,, gak pinteng amat yak? halaaaah... Sengaja biar gak terkesan kalah. Halakh...)

Sekian Prolog... Ini, ada yang lebih seru...

Yang lebih seru lagih, ada sebuah jawaban menarik dari kawan saya, Madame Dindun :
Siap Bos, mengaku bersalah, tidur waktu penataran P4 dari SD ampe P4 dihapuskan pas SMA jd P4 teu mudeng, laporan selesai!
Itu ketika saya mengompori dia ttg di manakah kesadarannya akan perlunya mencintai bahasa Indonesia...
Tapi, setelah dipikir-pikir. Jawaban Madame Dindun tuh CERDAS mampus. Jadi, kadang saya malah jadi binun sendiri. Sebenernya saya tuh mo ngapain sih? Apakah saya akan (sok) menjaga dan mengabdi dan apalah entah?
Jawabannya ternyata meniru si pembangkang yang tidak pernah ikutan P4. Semua yang gue kerjakan n yang gue lakukan yah kerna ingin. Peduli setan jika kegiatan itu akan bermanpaat bagi orang lain atau tidak... Kesan menjadi pahlawan membuat muak...!!!

Wednesday 18 March 2009

Tenggelam...

Entahlah, mungkin ini hanya efek PMS atau terbawa suasana atau terbawa emosi. Tapi, saya benar-benar merasa nyaris gila...
Saya ingin belajar ke Selandia Baru. Ternyata saya sadar, itu hanya alasan saya untuk kabur. Melarikan diri dari sesuatu yang belum kuselesaikan. Apalagi, kerna ingat Bang Saut kemarin ada nitip sebuah jurnalnya pada saya untuk salah seorang Penyair Cirebon.
Benar, saya bicara tentang sebuah proses yang belum selesai.
Cirebon, selamanya akan menjadi akar saya. Meski cabang dan ranting dan dedaunan ini akan melayang dan menjalar dan mengembang ke empat penjuru bumi.
Seperti yang pernah saya tuliskan di sini :
sialan, bandwith limit again euy. si admin gelo! priben jeh bli diurus-urus. langka duit'e jeh!
Mohon maap atas ketololan teknis ini. Nanti saya edit jika ud bisa dibuka untuk kasi liat pada kalian hasil olah otak saya yang agak bocor.
Yang lebih menyesakkan lagi adalah, saya kehilangan seorang Lelaki Senja. Yah, saya sadar bahwa saya telah memutuskan untuk percaya bahwa saat ini, entah sampai kapan saya akan tetap biasa saja untuk segala datang dan pergi... Kayak jailangkung ajah...
Meski terasa ada yang hilang sedikit di dalam diri ini, hasyaaah...Najis tralalala...

NB : perubahan mud tulisan ada kerna setelah saya nyaris menangis sekarang saya nyaris membanting jam dinding. heuheuheu...

pesan moral pribadi : Jika memang saya harus tenggelam dalam pencarian saya akan diri ini, saya mau melakukannya. Ini lebih baik daripada saya harus tampil di permukaan dan dinikmati oranglain tanpa saya pernah tahu dan sadar...Hingga suatu entah...
Yah, gak akan lama-lama amat sih. Capek gila lou. Lagian OON kok terus-terusan? Gak maju-maju dunks idup gue? ^.^

Sunday 15 March 2009

Sebuah Kisah di Hari Minggu

Tumben-tumbenan saya di Hari Minggu cerah ceria seperti sekarang, 15 maret 2009, bangun pagi. Makan (kalok makan sih biasa),,, daaan : MANDI. Biasanya libur mandi ketika hari libur menjadi sesuatu hal memesona. Ibaratnya, sesuatu nan eksotis terjadi. Halakh, makin ngaco ajah sih kamuh Pyut?!

Ada apakah gerangan? Saya hendak menonton bocah yang saya (semacam) asuh akan mengikuti lomba. Lomba atletik pula, tidak main-main. Lomba bagi bocah ini sudah diadakan sejak hari Jumuah, 13 maret 2009. Dan, jadilah saya berpanas-panas ria melawan sinar matahari luar binasa (edan eling benar sinar matahari Kota Cerbon, Kota sing ning pinggir laut. edan bli nganggo eling... yang cetak miring tebal adalah salah satu lirik lagu lokal Cirebon dan Dermayu, bener gak tuh? ^.^) sejak jam 07.30 - sekitar 10.15 dan berlelah-lelah ria membawa perabotan bocah. Tas-tas mereka yang berisi air minum (hanya dua orang untungnya.kemarin pas hari sabtu, saya menjaga 3 - 4 tas para bocah).

Saya mendapat dua pesan moral bagi diri saya sendiri :
  • komentar bisa menjadi dukungan sekaligus hambatan.
Apakah alasan konkret dan logisnya?

Begini. Saya mendengar para "pengasuh" mereka (baca : pengasuh dengan tanda kutip) sibuk membacoti bocah. Ini lah, itu lah. Mana panas, terik, capek, lelah. Bocah, wajar... Sud bagus mereka mau mengikuti lomba. Yang harus dipertahankan adalah motivasi mereka untuk bertanding. Bahwa menang hanyalah bonus dari kompetisi.

Saya hanya bisa menyaksikan mereka, seolah mereka benar-benar anak saya bukan sekadar anak asuhan saya. Mengawasi mereka bertanding, dan menyediakan apa yang mereka butuhkan. Air minum mereka, termasuk memegangi sepatu mereka - menjanjangjinjing sana sini - sebab ada salah satu anak yang ingin bertelanjangkaki saat bertanding.

Saya tidak ada saat mereka berlatih. Lantas untuk apa saya bacot sana sini berkomentar seolah penting? Itu tidak mereka butuhkan saat H, lepas dari apakah saya menyaksikan mereka latihan atau tidak. Yang mereka butuhkan adalah : apapun hasil akhir kompetisi, saya ada untuk mereka. Titik.
  • Romantisme Masa Silam hanya sebuah kilasan sinar bintang di langit malam.
Saya melihat seseorang yang saya kenali sebagai Pegawai TU SMU saya di lapangan tanding. Saya menunggu-nunggu saat saya dan beliau bisa saling menyapa.

Sekelebat terlintas masa-masa SMU saya sekitar 10-7 tahun silam. Sekilas itu pula ada sebuah pusaran sangat kuat sempat menarik saya ke masa silam. Saya mencoba fokus, bahwa hal itu bisa saya analogikan dengan sinar bintang di langit cerah malam. Sinar bintang itu hanya kerlap-kerlip dan nyata di saat gelap palnet bumi. Sebab, bisa jadi sinar kemilau yang membuat saya dan kalian terpukau hanyalah sinar dari sebuah bintang berabad atau beribu tahun silam. Disebabkan oleh jarak yang jauh, nyaris tak tergapai...

Akhirnya tarikan pusaran masa silam berakhir. Ketika pertandingan bocah selesai, akhirnya saya bisa saling bertegur-sapa dengan si Bapak. Kami sama-sama saling mengingat satu sama lain. Hanya saja, nama kami saling lupa satu sama lain. Rupanya, yang mengikat kami adalah masa lalu itu. Masa lalu yang tidak kami pelihara, hanya menjadi semacam kartu undangan agar bisa saling bertegur sapa. Antara saya dan beliau, Pak Pegawai TU SMU saya dahulu.


Begitulah, kiranya hasil perjalanan wisata batin saya di minggu ceria ini. Selamat Hari Matahari, sun day ^.^

Monday 9 March 2009

Sebuah Perjalanan

Akhirnya, setelah curhatan gak jelas di edisi sebelumnya, gua mendapat sebuah pencerahan batin.
Yeps, gua bener-bener ud berhasil diruwat. Oleh teman2ku rekan2 bapa-bapa di pos ronda. Terimakasih banyak atas penerimaan kalian, jam setengah dua pagi pada sabtu dini hari 7 maret 2009.
Tepat di tanggal itulah, berlalu hari lelakiBAIK ulangtahun. Bisa tebak kan berapa tanggalnya?
Entah apakah gua memang sebegitunya mencintai seorang lelakiBAIK ataukah ini lagi-lagi hanya euforia.
Ini seperti come and go. Kalok dalam majalan ABG Go Girl sih, get some loose some.
Yang jelas, seperti kukatakan pada berondong baru (sebenarnya, gua suka dengan isi kepalanya. nama dagang dia : Bajang).
Banyak gaya... Jadi gua memutuskan bahwa gua akan fokus pada fatwa gua sendiri : gaya dulu, bisa belakangan.
Konsekuensi logisnya adalah (atau harus gua katakan hanyalah???) : Menyelesaikan semua yang telah gua mulai.
Itu artinya gua bertanggungjawab pada kebebasan gua.
Akhirnya, gua merasa bahwa gua tidak pernah tau seperti apakah akhir dari perjalanan ini (tidak perlu menyebutkan mati. percayalah bahwa kata mati itu hanyalah definisi dari kita, ya saya dan kalian, yang masih pada hidup. semacam lawan kata lah begitu).
Bisa jadi, akhir sesuatu adalah awal yang lain lagi. Dan gua yakin gua tidak akan pernah berhenti. Kecuali, sedikit beristirahat untuk memulihkan jiwa dan raga.
Tidak juga ada menang kalah (sebuah pembenaran kenapa gua tidak suka perdebatan dan kompetisi).
Aku hidup untukku dan yang menghidupkanku (tidak perlu membawa istilah tuhan dan Tuhan, dengan hurup T kapital).
Aku terutama hidup, untuk kehidupan itu sendiri.
Bahwa aku hidup sebenar-benar hidup, dalam sebuah perjalan yang tidak akan ada ujungnya...

Saturday 7 March 2009

Babi Sesat Setelah Diruwat - after praying, maybe???

seniman kaca hilang, seniman jiwa merasuk... ah,,, dia mengusapku dengan hangatnya (lemah betul aku ini...)
baby hui datang. lalu kami tertawa riang gembira, dududu syalala...(dia tidak membutuhkan nutrisi nikotin, hidupnya sehat betul. tampaknya?)
akhirnya tibalah saat, aku diapit dua orang pawang bocah (percayalah bocah itu sebenarnya lucu, hanya saja majikan para bocah dan para pawang menjadikan bocah-bocah serupa malaikat dari neraka).
bertiga, dan bonus seorang penggiat angklung dan tetarian : temaram dalam asap dan cahaya lampu panggung. sebuah persahabatan terjalin (kembali) - brotherhood in the name of smoke!

dan akulah sang cucu malang (palsu tuh, bukan malang, hanya jalang), dengan amarahnya padaku ia membuat sanjak : kamu ini perempuan jalang, dari kumpulannya terbuang (Opung CA, apa kabarmu di sana? maaf, aku lupa bahwa aku hendak memakimu di alam kubur).

acara ruwatan berhasil : dunia kembali terlihat berwarna...

in English, I may say : I am just a bitchginner baby (i MUST thank my gurL femme for her lovely quote. i love her forever...)


dibuat di sebuah situs pertemanan yang berlandasakan tulis-mentulis. gyahaha... duduls abiez nih...